Kemabruran Haji Merupakan Tujuan Tertinggi Ibadah ke Tanah Suci

  • Al Magfiroh
  • Elan Suherlan Budi Mulyana
  • 17
...

Ibadah haji merupakan rukun Islam kelima yang wajib dilaksanakan bagi umat Islam yang mampu secara fisik, finansial, dan spiritual. Namun, esensi dari haji bukan sekadar menunaikan rangkaian ritual di Tanah Suci, melainkan meraih predikat haji mabrur. Haji mabrur adalah haji yang diterima oleh Allah SWT dan membawa perubahan positif dalam diri seseorang. Kemabruran ini bukan hadiah otomatis, tetapi buah dari keikhlasan, ketundukan, dan pengamalan nilai-nilai Islam dalam kehidupan setelah haji.

Kemabruran Haji Merupakan Tujuan Tertinggi Ibadah ke Tanah Suci

Ibadah haji merupakan rukun Islam kelima yang wajib dilaksanakan bagi umat Islam yang mampu secara fisik, finansial, dan spiritual. Namun, esensi dari haji bukan sekadar menunaikan rangkaian ritual di Tanah Suci, melainkan meraih predikat haji mabrur. Haji mabrur adalah haji yang diterima oleh Allah SWT dan membawa perubahan positif dalam diri seseorang. Kemabruran ini bukan hadiah otomatis, tetapi buah dari keikhlasan, ketundukan, dan pengamalan nilai-nilai Islam dalam kehidupan setelah haji.

Salah satu tanda haji mabrur adalah meningkatnya keimanan dan ketaatan kepada Allah SWT. Seorang haji yang mabrur akan lebih rajin beribadah, lebih khusyuk dalam salat, serta lebih banyak mengingat Allah dalam kesehariannya. Ia menyadari bahwa haji bukan sekadar perjalanan fisik, tetapi juga perjalanan spiritual yang mendalam. Oleh karena itu, pasca-haji ia tidak lagi kembali pada kebiasaan lama yang buruk, melainkan berusaha memperbaiki diri secara terus-menerus.

Ciri lainnya adalah perubahan dalam sikap sosial. Haji mabrur menjadikan seseorang lebih peduli terhadap sesama, lebih dermawan, dan lebih mudah mengulurkan tangan untuk membantu. Rasulullah SAW bersabda bahwa “Haji mabrur balasannya adalah surga,” dan salah satu cirinya adalah “memberi makan dan menyebarkan salam.” Ini menunjukkan bahwa haji mabrur berdampak langsung pada perilaku sosial yang baik.

Agar dapat meraih kemabruran, niat yang lurus menjadi pondasi utama. Setiap langkah dalam pelaksanaan ibadah haji, mulai dari ihram hingga tahallul, harus dijalankan dengan penuh keikhlasan semata-mata karena Allah SWT. Menjauhkan diri dari riya, ujub, atau keinginan untuk dipuji sebagai "haji" adalah bagian dari menjaga kemurnian ibadah. Sebab Allah hanya menerima amal yang dilakukan dengan ikhlas.

Selain itu, penting untuk memahami makna dan hikmah di balik setiap manasik haji. Misalnya, saat wukuf di Arafah, jamaah diajak untuk merenungi kehidupan, memohon ampun, dan memperbarui komitmen sebagai hamba Allah. Ketika melempar jumrah, umat Islam diajarkan untuk melawan hawa nafsu dan godaan setan. Dengan memahami makna ini, ibadah haji tidak lagi menjadi ritual kosong, melainkan sarana perubahan diri yang hakiki.

Kemabruran juga harus dijaga sepulang dari haji. Tantangan justru dimulai ketika seseorang kembali ke tanah air dan menghadapi rutinitas kehidupan. Disinilah konsistensi dan keteguhan dalam menjaga nilai-nilai haji diuji. Apakah seseorang mampu mempertahankan kesabaran, kejujuran, dan ketaatan yang telah dilatih selama di Tanah Suci? Jika ya, maka ia sedang menjaga kemabruran hajinya.

Akhirnya, meraih haji mabrur adalah proses yang terus berlangsung sepanjang hidup. Ibadah haji hanyalah titik awal transformasi spiritual. Dengan hati yang bersih, niat yang tulus, dan perilaku yang mencerminkan akhlak Islami, semoga setiap jamaah yang menunaikan haji mendapatkan kemabruran dan menjadi inspirasi bagi sekelilingnya. Karena haji mabrur bukan hanya kemuliaan pribadi, tetapi juga berkah bagi umat.

Lainnya

Cookie Consent


Kami menggunakan cookie untuk meningkatkan pengalaman Anda di situs ini. Dengan melanjutkan penggunaan situs ini, Anda menyetujui penggunaan cookie kami.

Terima & Lanjutkan

Perlu informasi lebih lanjut? Kebijakan Privasi – atau – Kebijakan Cookie dan GDPR